Friday, June 29, 2018

Spirit Hijrah dan Penyatuan Kalender Islam

Keinginan untuk melakukan hijrah telah lama terbesit dalam hati Rasulullah saw. Namun selalu memperoleh rintangan dari kaum Quraisy Mekah. Berbagai literatur tentang sirah nabi menyebutkan bahwa perjanjian Aqabah satu dan dua menjadi modal besar bagi Muhammad untuk melakukan perubahan strategi dakwah. Dalam “Hayatu Muhammad” karya Muhammad Husain Haekal dan “ar-Rahiq al-Makhtum” karya Syekh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri dituturkan ketika perjanjian Aqabah kedua, Rasulullah bersama pamannya Abbas ibn Abdul Muthalib mendatangi jamaah haji Yatsrib dari kaum Khajraj dan ‘Aus di Bukit Aqaba pada tengah malam pada hari Tasyriq. Pada kesempatan itu Abbas yang pertama kali berbicara : “Saudara-saudara dari Khajraj dan ‘Aus. Posisi Muhammad di Tengah kami sudah sama-sama tuan ketahui. Kami dengan mereka yang sepaham telah melindunginya dari gangguan masyarakat kami sendiri. Dia adalah orang terhormat di kalangan masyarakatnya dan mempunyai kekuatan di negerinya sendiri. Tetapi dia ingin bergabung dengan tuan-tuan juga. Jadi kalau memang tuan-tuan merasa dapat menepati janji seperti yang tuan-tuan berikan kepadanya itu dan dapat melindunginya dari mereka yang menentangnya, maka silahkanlah tuan-tuan laksanakan. Akan tetapi, kalau tuan-tuan akan menyerahkan dia dan membiarkannya terlantar sesudah berada di tempat tuan-tuan maka dari sekarang lebih baik tinggalkan sajalah.”

Selanjutnya pihak Yatsrib menjawab : “Kami sudah mendengarkan semua yang tuan sampaikan. Sekarang silahkan Rasulullah menyampaikan apa yang tuan inginkan. Setelah membacakan ayat-ayat al-Qur’an dan memberi semangat. Rasulullah menjawab : “Saya minta ikrar tuan-tuan akan membela saya seperti membela istri-istri dan anak-anak tuan-tuan sendiri”. Akhirnya kedua belah pihak bersetuju dan berkata : “Kami berikrar mendengar dan setia di waktu suka dan duka di waktu bahagia dan sengsara, kami akan berkata yang benar di mana saja kami berada, dan kami tidak takut kritik siapa pun atas jalan Allah”.

Dalam perjalanannya, ikrar bersama ini memperoleh tantangan dari Kaum Quraishy Mekah. Mereka beranggapan jika Muhammad berhasil melakukan hijrah ke Yatsrib maka mereka akan terancam dari aspek politis dan ekonomis. Akhirnya mereka mengadakan pertemuan di Dar an-Nadwa membahas semua permasalahan dan solusinya. Berbagai usul muncul untuk mencegah agar Muhammad tidak melakukan hijrah ke Yatsrib, yaitu dimasukkan kurungan besi dan ditutup rapat-rapat, diusir, dan dibunuh. Pendapat terakhir yang disetujui dan mereka segera mengambil langkah-langkah untuk mengeksekusi. Tetapi Allah menyelamatkan dan memerintahkan Rasulullah untuk hijrah ke Yatsrib bersama Abu Bakar.

Penggalan kisah perjalanan hijrah nabi Muhammad dari Mekah menuju kota Yatsrib (Madinah al-Munawwarah) di atas menggambarkan untuk melakukan perubahan memerlukan pengorbanan dan komitmen yang tinggi. Semangat ini sangat relevan bagi upaya penyatuan kalender Islam. Pihak-pihak terkait perlu melakukan “hijrah” demi kemaslahatan dan kepentingan yang lebih besar. Semua pihak perlu membuka diri dan mengevaluasi. Apakah persoalan perbedaan dalam memulai dan mengakhiri Ramadan akan diwariskan terus-menerus dari generasi ke generasi berikutnya?. Dengan kata lain ketidakpastian kalender Islam yang selama ini dipedomani masihkah relevan untuk dipertahankan?. Kalender Islam merupakan hasil ijtihad yang senantiasa memerlukan penyempurnaan dan mengkreasi teori baru yang lebih baik.

Kasus perbedaan dalam menentukan awal Muharam 1439 H tahun ini sebagai bukti perlunya “hijrah” untuk mewujudkan kalender Islam yang mapan. Saudi Arabia, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Yordania, dan Turki menetapkan awal Muharam 1439 H jatuh pada hari Kamis 21 September 2017 (Al-Madinah dan ICOP), sedangkan Aljazair, Bahrain, dan Mesir menetapkan awal Muharam 1439 H jatuh pada hari Jum’at 22 September 2017 (Al-Ayyam dan Al-Ahram). Di kawasan ASEAN, khususnya yang tergabung dalam MABIMS juga terjadi perbedaan. Indonesia menetapkan awal Muharam 1439 H jatuh pada hari Kamis 21 September 2017 sebagaimana tertera dalam Taqwim Standar Indonesia. Singapore, Malaysia, dan Brunai Darussalam menetapakan awal Muharam 1439 H jatuh pada hari Jum’at 22 September 2017.

Perbedaan ini terjadi karena Indonesia masih berpegang pada Visibilitas Hilal MABIMS (2,3, 8). Kalender Islam 2017 yang dikeluarkan Majelis Ugama Islam Singapore (MUIS) menggunakan Taqwim MABIMS. Malaysia menurut salah satu sumber menyebutkan adanya kesalahan teknis. Pada awalnya kalender Islam 2017 yang dikeluarkan oleh Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) menetapkan awal Muharam 1439 H jatuh pada hari Kamis 21 September 2017. Namun setelah dikaji ulang oleh para ahli dalam Panel Pakar Falak JAKIM dilakukan perubahan awal Muharam 1439 H jatuh pada hari Jum’at 22 September 2017. Hal ini dinyatakan oleh Tan Sri Dato’ Haji Othman bin Mustapha dalam jumpa pers.

Patut dicacat Brunai Darussalam merupakan satu-satunya negara anggota MABIMS yang menetapkan awal Zulhijah 1438 jatuh pada hari Kamis 24 Agustus 2017 karena pada hari Selasa 22 Agustus 2017 hilal tidak teramati di Brunai Darussalam sehingga Idul Adha 1438 jatuh pada hari Sabtu 2 September 2017 berbeda dengan anggota MABIMS dan Saudi Arabia yang menetapkan Idul Adha 1438 jatuh pada hari Jum’at 1 September 2017. Akibatnya pada hari Selasa 20 September 2017 usia bulan Zulhijah 1438 di Brunai Darussalam masih berumur 28 hari. Dengan demikian tidak mungkin awal Muharam 1439 H jatuh pada hari Kamis 21 September 2017. Di sisi lain Taqwim Hijriah 1993-2020 M/ 1414-1442 H yang dibuat bersama anggota MABIMS menetapkan awal Muharam 1439 H jatuh pada hari Jum’at 22 September 2017. Kondisi ini menggambarkan komitmen anggota MABIMS mulai “luntur” dan melupakan kesepakatan yang telah dicapai. Oleh karena itu spirit hijrah perlu ditumbuhkan kembali demi terciptanya kebersamaan yang autentik.

Wa Allahu A’lam bi as-Sawab.

Author : Prof. Dr. Susiknan Azhari

(Guru Besar Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Melacak Sumber Kutipan Imam Syafi’i Soal Panah Fitnah

Melacak Sumber Kutipan Imam Syafi’i Soal Panah Fitnah


Belakangan ini beredar luas kutipan yang dikatakan berasal dari Imam Syafi’i tentang ulama mana yang harus kita ikuti. Dari kutipan baik berbentuk tulisan maupun meme (gambar) itu konon Imam Syafi’i menyarankan kepada muridnya untuk mengikuti ulama yang terkena fitnah atau dibenci oleh orang kafir.


Saya penasaran. Di kitab mana Imam Syafi’i mengatakan demikian? Saya telusuri sejumlah kitab karya Imam Syafi’i yang saya miliki, dari mulai ar-Risalah, al-Umm, Diwan dan Musnad, tapi saya tidak menjumpainya. Begitu juga sejumlah kitab babon yang ditulis oleh para murid Imam Syafi’i juga saya coba telusuri, namun saya tidak mendapatkan sanad kutipan tersebut.


Dalam bahasa Arab kutipan yang beredar itu begini teksnya:


‎سئل اﻹمام الشافعي رحمه الله : كيف نرى الحق من بين كل هذه الفتن ؟

‎فقال :اتبع سهام العدو ترشدك إلى الحق


Imam Syafi'i ditanya: "Bagaimana kita mengetahui pengikut kebenaran di jaman yang penuh fitnah?"


Beliau menjawab: "Perhatikanlah panah-panah musuh (ditujukan kepada siapa), maka itu akan menunjukimu kepada siapa 'Pengikut Kebenaran' itu.


Redaksi di atas telah dimodifikasi dalam berbagai versi yang viral sesuai kepentingan masing-masing. Misalnya yang saya temukan:


Versi pertama;


Imam Syafi'i berkata: "Carilah pemimpin yang banyak panah-panah FITNAH menuju kepadanya, IKUTILAH mereka yang banyak di FITNAH, Karena sesungguhnya mereka sedang berjuang di JALAN yang BENAR."


Versi kedua:


Imam Syafi'i pernah berkata: Nanti di akhir zaman akan banyak Ulama yang membingungkan Umat, sehingga Umat bingung memilih mana Ulama Warosatul Anbiya dan mana Ulama Suu' yang menyesatkan Umat.


Lantas murid Imam Syafi'i bertanya: "Ulama seperti apa yang kami harus ikuti di akhir zaman wahai guru?"


Beliau menjawab: "Ikutilah ulama yang dibenci kaum kafir, kaum munafiq, dan kaum fasik. Dan jauhilah ulama yang disenangi kaum kafir, kaum munafiq, dan kaum fasik, karena ia ia akan menyesatkanmu, menjauhimu dari Keridhoan Allah".


Saya menemukan pula di internet bahwa kutipan senada yang dinisbatkan kepada Imam Syafi’i itu juga sering disandarkan kepada Imam Ali bin Abi Thalib dan juga kepada Ibn Taimiyah. Jadi sebenarnya itu kutipan dari siapa? Wa Allahu a’lam.


Tapi yang jelas sejauh ini saya tidak menemukan rujukan dari kitab klasik manapun dan juga tidak mendapati sanad kutipan yang diklaim berasal dari pernyataan Imam Syafi’i. Terakhir, setelah usaha saya menelusuri lembaran kitab gagal, saya bertanya langsung kepada Syekh Ibrahim al-Shafie seorang ulama keturunan langsung dari Imam Syafi’i. Lewat WA beliau mengonfirmasi bahwa beliau pun tidak menemukan kutipan tersebut dalam kitab manapun baik dari Imam Syafi’i maupun dari murid-murid sang Imam.


Jadi, saya berani mengatakan bahwa kutipan di atas itu PALSU, sampai ada yang bisa menyebutkan sumber dan sanad kutipan tersebut dan kita verifikasi bersama kevalidannya.


Nah, kutipan di atas telah diviralkan sejumlah pihak sesuai kepentingannya. Para pendukung HRS misalnya mengatakan banyak fitnah terhadap HRS dari para musuh Islam dan itu membuktikan HRS sebagai ulama yang benar, berbeda dengan para ulama NU seperti Gus Dur dan Kiai Said Aqil Siradj yang justru disenangi oleh kaum kafir. Pendukung Gus Dur dan Kiai SAS juga melawan dengan menggunakan kutipan yang sama bahwa justru banyak sekali fitnah yang ditujukan kepada kedua kiai NU ini, dan itu menunjukkan mereka juga benar.


Yang mengejutkan ISIS pun ternyata memakai kutipan di atas dan mengatakan dulu panah musuh, sekarang pesawat tempur dan rudal musuh Islam ditujukan kepada mereka, maka merekalah kelompok yang benar dan harus diikuti umat Islam.


Saya ingin mengatakan bahwa kutipan di atas yang belum terverifikasi itu sudah menjadi BOLA LIAR dan dipakai untuk membela kepentingan masing-masing. Tapi jangan-jangan kita semua yang memakai kutipan di atas jadi turut berdusta atas nama Imam Syafi’i.


Dan kalau kita mau kaji lebih jauh, masak sih standar ‘kebenaran’ itu diukur dari berapa banyak fitnah yang ditujukan kepada ulama? Jangankan para ulama, lha wong saya saja yang bukan siapa-siapa sering kena fitnah dibilang liberal, Syi’ah, sesat, bahkan setiap saat akun saya di medsos diserang para haters. Apa otomatis itu menjadikan pendapat saya benar? Ya belum tentu. Ukuran kebenaran bukan semata-mata soal kebencian dan fitnah dari orang lain, tapi yang terutama adalah soal otoritas keilmuan dan kekuatan argumentasi berdasarkan Nash dan kitab-kitab rujukan.


Kembali ke masalah di atas. Saya tegaskan sekali lagi, bahwa klaim kutipan dari Imam Syafi’i di atas belum terverifikasi, dan harus kita anggap sebagai PALSU dan jangan lagi disebarkan selama belum ada sumber dan sanadnya. Kalau ada yang menyebarkannya, tanya saja: “di kitab apa Imam Syafi’i berkata demikian?” Jangan sampai kita dianggap berdusta atas nama Imam Syafi’i.


Mari kita kirimkan al-Fatihah untuk Imam Syafi’i 🙏



Tabik,



Nadirsyah Hosen

Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School

Ikuti terus tulisan KH. Nadirsyah Hosen di Facebook beliau : Nadirsyah Hosen

Memahami Pesan Rahmah KH Yahya Cholil Staquf

Memahami Pesan Rahmah KH Yahya Cholil Staquf

Sisi lain. Dari sudut pandang yg berbeda.

Begitulah peranan Pak Kiai Yahya Cholil Staquf. Datang sbg pribadi, tapi mendadak sorot mata, baik yg memuji maupun mencela, tertuju padanya, pada NU ormas terbesar di dunia, pada Indonesia negeri Islam terbesar di dunia. Bergema kemana-mana!

Tiba-tiba dunia mafhum peranan apa yg bisa dimainkan oleh Kiai, NU dan Indonesia. Konsisten membawa pesan yg melampaui keadilan yg diperebutkan dan perdamaian yg dipertarungkan, yaitu pesan Rahmah.

Rahmah tidak hanya menuntut tapi memberi keadilan. Pesan untuk pihak yg bertikai.

Betapa sering kita menuntut atas nama keadilan, tapi tanpa Rahmah, kita hanya akan menuntut, dan lupa untuk juga memberi keadilan. Ini pesan yg menohok.

Anda menuntut hak atas tanah, tapi sudahkah anda jg memberi keadilan pada pihak lain.

Pahamkah anda apa yg dituju Kiai Yahya?

Pesan Rahmah disampaikan dg cara yg Rahmah. Tak ada caci-maki; tak ada penghakiman pada pihak yg bertikai, tapi semua yg paham bisa merasakan pembelaan yg jelas pada perdamaian dan rekonsiliasi.

Yang berharap akan keluar cacian pada pihak tertentu, pasti kecewa. Inilah Rahmah!

‘I stand with palestine’ dimaknai lewat pesan Rahmah. Bukan dipahami secara literal “saya berdiri” karena pesan Rahmah disampaikan dg kalem dan duduk santai. Mendukung Palestina bukan krn membenci Israel, tapi karena perwujudan Rahmah. Itupun disampaikan tanpa nada heroik. Kalem!

Dunia telah melihat seorang Kiai dari Rembang, datang atas nama pribadi ke Yerussalem, bicara dengan datar dan kalem, mencari titik temu (kalimatun sawa) lewat konsep Rahmah yg merangkul, bukan memukul.

Aku menyebutnya suara adem dan kalem dari Rembang menyampaikan pesan langit

Peradaban dunia saat ini terancam oleh konflik global. Tiga jantung persoalan harus ditembus utk menyampaikan pesan Rahmah. Sebelumnya Kiai Yahya sdh ke gedung putih ketemu Wapres Amerika, lantas ke Yerussalem, tinggal satu lagi: ketemu putra mahkota MBS di Saudi Arabia.

Anda boleh tidak setuju dg apa yg dilakukan Kiai Yahya. Tapi jangan meremehkan pesan Rahmah yang dibawanya untuk perdamaian dunia. Ini adalah pesan langit. Anda mungkin tidak menyadarinya, tapi Kanjeng Nabi ada di sana saat pesan Rahmah itu diucapkan Kiai Yahya.

“Tidaklah Kami mengutusmu wahai Muhammad kecuali sebagai rahmat untuk semesta alam”

Setiap umat Muhammad yang menggaungkan kembali pesan Rahmah yg telah diajarkan Nabi, sejatinya akan didampingi dan dibela oleh Nabi Muhammad.

Ini bukan lagi masalah Kiai Yahya, NU dan Indonesia.

Pesan langit sdh disampaikan Kiai Yahya. Caci-maki sdh beliau terima. Banyak pihak berlepas diri. Banyak pihak meninggalkannya. Namun mereka yg paham bahwa ini pesan langit, akan menyebut asma-Nya dan bershalawat pada Kanjeng Nabi.

Mari kita terus sampaikan pesan Rahmah ini🙏

Tabik,

Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama
Australia - New Zealand

Ikuti terus tulisan KH. Nadirsyah Hosen di facebook beliau : Nadirsyah Hosen

Kumpulan Link Jurnal Pendidikan Bahasa Arab

Bagi teman2 mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab yang budiman, berikut list website elektronik jurnal (e-journal) PBA dari beberapa kampus di Indonesia yang bisa diakses untuk menambah wawasan,

1. Al-sinatuna (PBA IAIN Pekalongan)

http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/alsinatuna/issue/view/134

2. Al-mahara (PBA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

http://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/index.php/almahara/issue/view/246

3. Arabiyat (FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/arabiyat/index

4. Lisanuna (PBA UIN Ar-Nariry)

http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/lisanuna

5. An-Nahdhah (Pendidikan dan Hukum Islam STAI Ma'rif Jambi)

http://journal.staimaarif-jambi.ac.id/index.php/annahdhah/index

6. Al-Bayan (PBA UIN Raden Intan Lampung)

http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/albayan

7. IMLA (List link jurnalnya IMLA)

http://imla.or.id/link-jurnal/

8. Al-Tadris (PBA IAIN Tulungagung)

http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/tadris

9. Lisaniyat (PBA Pps UIN Malang)

http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/lisaniyat

10. Al-Fazuna (PBA UIN Sunan Ampel Surabaya)

http://alfazuna.uinsby.ac.id/index.php/alfazuna

11. Jurnal Pendidikan Islam (FITK UIN Sunan Gunung Djati Bandung)

http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jpi

12. Taqdir (PBA UIN Raden Fatah Palembang)

http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Taqdir/index

13. Shautul Arabiyah (PBA UIN Alauddin Makassar)

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Shautul-Arabiyah

14. Journal Of English and Arabic Language Teaching J.E.A.L.T (Pusat Bahasa UIN Sultan Syarif Kasim Riau)

http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/jealt

15. Alsina (PBA UIN Wali Songo Semarang)

http://journal.walisongo.ac.id/index.php/alsina

16.El-Ibtikat (PBA IAIN Syekh Nurjati Cirebon)

http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/elibtikar/index

Yang ini untuk pengembangan pembelajaran bahasa asing

17. Electronic journal of foreign language teaching NUS (National University of Singapura)

http://e-flt.nus.edu.sg/archive.html

18. ACTFL (American Council of Teaching Foreign Language)

Membership jurnal berbayar.

https://www.actfl.org/membership/join-actfl/levels-fees

19. E-journal ESP (English for Spesific Purpose)

http://www.esp-world.info

Dll...

Urutan list diatas bukan merujuk pada ranking jurnal, hanya mengurutkan saat saya copas link website saja. Silahkan tambahkan website yang belum tercantum pada kolom komentar.



Credit : Muhamad Fairuz Rasyid

Wednesday, June 6, 2018

Umat Islam Akan Bersatu Jika...

Umat Islam terutama di Indonesia dengan berbagai macam latar belakang dan pemikirannya telah membentuk berbagai macam keberagaman. Salah satunya adalah keberagaman dalam menelaah agamanya. Meski sama-sama berdasarkan nash ( Al-Qur’an dan Al-Hadits), namun cara mereka dalam memahami nash itulah yang beragam. Ini merupakan hal yang wajar dan terjadi dikarenakan setiap orang mempunyai pola pemikiran yang berbeda-beda.
Masalah perbedaan inilah yang akhirnya dijadikan sebagai suatu perpecahan oleh segelintir orang. Hemat penulis, perpecahan ini ditimbulkan karena seseorang memiliki mindset bahwa “pemahamannya-lah yang paling benar”, dengan dalih bahwa dirinya telah kembali kepada Nash (Al-Qur’an dan Al-Hadits) dan pemahaman salafusshalih. Sebenarnya yang ia maksud adalah kembali kepada Nash Versi pemahaman mereka dan ia menolak pemahaman nash versi orang lain karena sudah tertanam mindset tersebut. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak sejalan dengan realita manusia yang memiliki pemikiran berbeda-beda, terlebih mindset tersebut terkesan sombong karena menganggap dirinya “lebih” daripada yang lain. Perbedaan ini kemudian berkembang hingga pada praktek ibadah. Dalam suatu ibadah mahdhah, sholat misalnya, lafal dari setiap gerakan ada yang berbeda, ini merupakan contoh dari keberagaman dalam memahami cara sholat nabi. Jika perbedaan tersebut sampai kepada muslim yang bermindset bahwa pemahamannya-lah yang paling benar, maka perbedaan tersebut dapat menimbulkan perpecahan. Sebaliknya, jika muslim saling memahami bahwa perbedaan ini muncul karena cara pandang yang berbeda terhadap Nash, maka tidak akan ada namanya perpecahan.
Saudaraku yang dimuliakan Allah, sudah tidak saatnya lagi kita mempermasalahkan perbedaan praktek ibadah semacam itu. Bahkan pada saat-saat  tertentu, selalu saja ada pembahasan boleh tidaknya suatu praktek ibadah. Sebagaian golongan mengatakan bahwa praktek ibadah tersebut boleh sedangkan sebagian lain melarangnya, dan ini terjadi setiap tahun bahkan bertahun-tahun seakan-akan tidak ada kata selesai dalam membahasnya.
 Habib Luthfi bin Yahya dalam salah satu ceramahnya mengatakan bahwa masalah khilafiyah tidak perlu dipermasalahkan lagi. Saat ini, ada masalah yang jauh lebih besar yang menimpa umat muslim keseluruhan. Lihatlah, perusahaan banyak yang dikuasai non muslim sedangkan para perkerjanya banyak dari kalangan muslim. Stasiun TV tidak sedikit yang didirikan oleh non muslim dan umat muslim-lah yang banyak dipekerjakan seakan-akan umat muslim hanya bisa menjadi bawahan yang kerjanya diatur oleh atasan. Maka jangan heran jika non muslim berani mengambil tindakan kepada umat islam seperti memberi bantuan ke pesantren-pesantren, lha wong umat muslim nya saja selalu ribut masalah sepele dan kalah perekonomiannya sama mereka, mana mungkin bantuan datang kalau bukan dari “mereka”.
Maka dari itu, tidak mungkin persatuan Islam terutama di Indonesia bisa terjadi jika selalu ribut mempermasalahkan masalah khilafiyah sedangkan untuk mengurus skala prioritas saja tidak bisa. Mulai sekarang, mari kita sadari hal ini, dan sudah saatnyalah kita mengubah mindset kita serta bersatu membangun kebangkitan islam.

Oleh : Muhamad Syaiful Afif

Thursday, December 1, 2016

Iqra’, Mukjizat Terbesar Alquran?



Umat Islam meyakini Alquran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw. Sebagai kitab suci, Alquran diyakiniakan senantiasa selaras dengan perkembangan zaman dan sesuai dengan setiap tempat (salih li kulli zaman wa makan). Demikian juga dengan kemukjizatan Alquran mestinya juga tak lekang oleh zaman.

Monday, November 28, 2016

Kata Dokter, Begini Lho Cara Memilih Susu yang Baik

Jakarta, Sebagian besar masyarakat Indonesia tahu betul manfaat mengonsumsi susu bagi kesehatan. Apalagi kaitannya dengan konsep makanan 4 sehat 5 sempurna, yang sekarang diubah menjadi gizi seimbang.

Hanya saja, banyak di antara mereka yang tidak memahami bagaimana cara memilih susu yang berkualitas atau betul-betul bermanfaat bagi kesehatan.
dr Rachmad Wishnu Hidayat, SpKO dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjelaskan, syarat utama susu yang baik adalah yang higienis atau tidak mengandung bakteri kontaminan sama sekali dan sedapat mungkin dalam keadaan segar.

"Diproses sesingkat mungkin untuk menghindari kerusakan nutrisi kandungannya seperti protein dan vitamin akibat pemrosesan," paparnya di sela-sela Media Workshop 'Milk as Supporter of Your Active Lifestyle' bersama Greenfields di Hotel Santika Malang baru-baru ini.

Syarat berikutnya adalah susu yang baik tidak ditambahi pengawet dan juga gula. Gula berlebih pada susu dapat meningkatkan nilai kalori yang terkandung di dalamnya sehingga bila dikonsumsi dapat memicu risiko kegemukan bagi sebagian orang. 

"Sedangkan pengawet itu diduga dapat memicu kanker atau penyakit keganasan seperti tumor. Makanya kita tekankan back to nature, makanan diusahakan yang organik, lebih alami," lanjutnya.

Yang alami bukan hanya susunya, melainkan kandungan zat gizinya, dan tidak mengalami proses fortifikasi atau penambahan bahan dari luar sebab nutrisi alami bakal lebih cepat diserap oleh tubuh ketimbang yang sudah ditambahi bahan dari luar.

"Pada intinya sebagai pendamping dari gaya hidup aktif, harus diimbangi dengan asupan nutrisi yang baik, termasuk di dalamnya konsumsi susu. Secara garis besar, susu dapat memenuhi 28-30 persen dari kebutuhan kalsium harian," ungkap dr Wishnu.

Tak hanya itu, dewasa ini kalsium juga dipergunakan dalam program manajemen berat badan karena mineral ini diketahui dapat meningkatkan proses pembakaran lemak.
"Setidaknya kalaupun tidak punya waktu luang untuk berolahraga, di kantor tetap bergerak aktif. Syukur-syukur kalau bisa jalan minimal 7.500 langkah sehari," 

SUMBER